web 2.0
Tampilkan postingan dengan label radiozone. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label radiozone. Tampilkan semua postingan

2/19/2011

the interviews...

Dari hasil baca buku tulisannya @nonadita “ Gratis keliling Indonesia & Belajar keluar negeri karena blog” untuk memulai suatu tulisan mulailah dari hal yang disukai terlebih dahulu... dan berhubung ini blog diupdate juga sebedug sekali maka mari kita coba perkaya postnya dengan hal yang disukai terlebih dahulu... itung-itung latian nulis.

Apa yang membuat bekerja di radio menarik...? satu hal buat orang seperti saya yang gak kenal siapa-siapa n gak tahu siapa-siapa adalah bisa bertemu dan ngobrol a.k.a interview banyak orang. Yang bisa jadi hidupnya gak bakal pernah bersinggungan kalau tidak via radio. Di radio, selain seorang penyiar membawakan program dan memainkan lagu... ada juga sesi interview atau talk show dengan nara sumber.

Nah... nara sumbernya ini yang bisa jadi sangat variatif dan juga inspiratif. Biasanya mas produser saya yang baik hati dan tidak sombong (*bangun imej positif orang gak ada salahnya kan ya ) seringkali berkata “sore ini ada talkshow, tamunya sudah datang..” nah ini biasanya yang akan diajak untuk berbincang-bincang di radio adalah orang-orang yang ahli pada suatu bidang atau mungkin perwakilan dari satu brand hemat saya siy bilangnya kalau takshow ini tamunya “bukan seleb” (orang terkenal dan hebat belum tentu artis kan ya...)

Let say... kalau kasus saya ada mbak Mieke Rini. (beliau ini juga ngisi program talkshow di Delta FM bila tidak salah) waktu itu kami berdiskusi tiap rabu sore membahas masalah keuangan, yang ironisnya malah seringkali bikin miris mengingat kondisi dompet setelah diskusi tersebut.

Ada juga kesempatan untuk berdiskusi dan belajar lebih dalam ilmu agama dengan ustadz dari majelis Adz-Dzikra bahkan beberapa kali dengan ustadz arifin... yup that dude with that strong character voice...! kalau yang ini setiap hari senin. Atau diskusi untuk membangun mental & jiwa bersama dengan kakak-kakak dari ESQ. “Selamat Pagi!”. Saya tahu ini masih “nothing” bila dibandingkan dengan radio yang didengar oleh jutaan orang. Tapi sekali lagi buat saya kesempatan ini sudah alhamdulillah.
Satu hal dengan interview ini, tidak selalu semuanya sesuai rencana dan terjadwal. Pernah suatu hari sampai kantor jam 3 lewat dan langsung ada pemberitahuan “hari ini talk shownya jadi ya! Tamu kita dari kedubes Korea Selatan konfirm hadir”

1) “Apa! Bagaiamana! Siapa!”-> kata2 yang ingin diucapkan
2) “ok, materinya ada?” -> kata2 yang terucapkan

Sebetulnya siy yang namanya kita kerja harusnya mengucapkan sesuai dengan nomor 2 biar kesannya profesional (pencitraan itu penting! Bukan begitu bukan?) tapi terkadang menjadi lebih baik jauh lebih menenangkan dibanding mencitrakan yang bukan diri kita.

Intinya, kalau anda mendengar di satu program radio semua tampak “A okay!” belum tentu dibaliknya seperti itu ya... masalah bisa muncul dari mulai materi pendukung kurang, kendala teknis di ruang siar contohnya mic mati, suara pembicara tidak keluar, tapi itulah serunya... kita harus terus jalan dan lakukan perbaikan sambil jalan. (gak hanya dunia siaran aja tapi sepertinya semua industri harus seperti ini) dan kalau anda berminat terjun ke dunia radio banyak baca gak pernah nyakitin kok!

Setelah talk show ada juga interview... kalau yang ini biasanya muncul ketika ada penyanyi yang baru mengeluarkan album atau ada release film baru. Untuk penyanyi dengan album baru kesempatan interview ini bisa datang dari 2 pihak, satu ya dari radionya, yang kalau ditempat saya mengandalkan music director & produser untuk kepastian bisa dapat interview atau tidak... dan juga dari pihak label karena label sendiri pastinya punya kepentingan kira-kira artis mereka ini akan promosi di radio mana saja .

Disini istilah melakukan hal yang kita nikmati akan sangat terasa, kalau kita lihat bagaimana para musisi itu memberikan seluruh passionnya ke album yang diciptakan. tapi jujur aja kadang-kadang yg namanya radio interview ini bisa jadi sangat membosankan bagi mereka... coba bayangin berbicara dari satu lokasi ke lokasi lain dgn materi yg sama seperti...
1. albumnya bercerita tentang apa?
2. berapa lama proses rekamannya?
3. pengalaman unik apa selama proses rekaman?
4. dst

so... kita juga harus belajar bagaimana membaca gestur tubuh dan komunikasi non verbal lainnya yg ditunjukkan oleh tamu kita... dan sebisa mungkin membuat mereka nyaman ketika interview berlangsung. walaupun katanya studio adalah wilayah kekuasaan penyiar tapi yang namanya menghormati tamu wajib hukumnya.

interview ini sungguh seru lhoh... lewat sesi ini sempat ada kesempatan buat ngobrol dengan Pasto (waktu masih 4 personil), Drew, Numata, Adri Subono, Glenn Fredly, dll lupa maklum it was a couple years ago

yang anehnya... kenapa giliran ngobrol sama pak ustadz gw gak minta foto bareng tapi giliran interview cast dari coklat strawberry seperti nadia safira n marsha timothy malah semangat ya -_-' ha3


------------------------------------------------------------------------------
1. Berita positif harus terus disounding agar orang “aware” akan kabar tersebut... over exposure is fine as long as it is for a good cause #ilmusiom

2/04/2009

next chapter

Training ground

Yang namanya baru masuk kantor pastilah ada dong namanya periode adaptasi atau mungkin sering kita bilang masa training. Begitu pula masuk radio. Di radio yang gw masukin ini traningnya singkat banget (kemungkinan besar karena emang kekurangan penyiar kali ya... hihihi) yang jelas selama training di radio kita diharapkan untuk lebih terbiasa lagi dengan station ID’s, cara menyapa pendengar, tag line atau kurang lebih kita memperdalam pengetahuan kita pada characteristic radio yang kita wakili.

Karakteristik radio kaya apa siy? Definisi pastinya juga mungkin gw bukan orang yang tepat untuk menjelaskan tapi kurang lebih kita harus bisa menyesuaikan gaya bicara, tutur kata, pilihan pemakaian kata yang sama dengan yang biasa pendengar kita pergunakan. Contoh aja radio berita yang memberikan informasi lalu lintas atau kejadian terbaru yang terjadi di dunia dimana pendengarnya mayoritas berusia diatas 25 tahun. Kan rasanya kurang enak kalo kita dengar tiba-tiba penyiarnya bicara :

“baiklah pendengar sekalian/ guys.. loe pada yang lagi otw ke pamulang/
hati-hati aja ya karena gw dapet kabar dari TMC yang bilang kalau daerah
cirendeu dan ciputat lagi banjir/...”

coba aja dibandingkan sama yang seperti ini :

“Baik pendengar sekalian/ Bagi anda yang sedang dalam perjalanan/ atau berencana
untuk menuju ke daerah pamulang hari ini// kami mendapat kabar dari rekan kami
di Traffic Management Center Polda Metro Jaya bahwa terdapat genangan air
setinggi 60 cm di Jl. Ciputat Raya/ sementara di Jl. Cirendeu raya genangan air
saat ini setinggi 30 cm// ...”

Yes I know script yang gw bikin jauh dari sempurna tapi kurang lebih begitulah... i know you guys got the point. (hehehe bgini ini niy contoh penulis yang tidak bertanggung jawab)

Pilihan bahasa juga termasuk dalam bagian yang harus disesuaikan oleh seorang penyiar agar sesuai karakter radionya. Bila mewakili para Eksekutif pria ya alangkah lebih baik bila kata-kata seperti bo’, ne’, cabcus..., hyuk mari...’ dan bahasa-bahasa lain yang tersedia di kamusnya Debby Sahertian dikurangi bahkan kalo bisa dihilangkan.

Beberapa hari yang lalu gw pas lagi nonton liputan berita di TV mengenai buah mangga. Selesai info tersebut disampaikan kedua pembaca berita itu membahas sedikit mengenai liputan mangga terkait. Dan tiba-tiba pembaca berita prianya bilang “ ehm.. jadi ingin ngerujak...” coba bayangkan seorang news anchor pria dengan tampilan yang sangat berkelas, outlook yang menarik banyak kaum hawa bilang lagi ingin ngerujak. Kurang macho gimana gitu rasanya...

Itu baru dari gaya bicara aja, karakteristik radio juga bisa dibangun dari musik atau lagu yang dimainkan karena yang namanya radio selain jualan kemampuan penyiar dalam menjaga hubungan dengan pendengar juga menjual lagu yang diputar di radio tersebut. Nah, struktur di radio biasanya siy ada jabatan atau posisi yang namanya music director, beliau inilah yang bertanggung jawab buat menentukan playlist harian lagu-lagu yang akan diputar. Isi playlist itu sendiri nanti bisa dibagi antara high/heavy, medium, rare/low rotation istilahnya sendiri mungkin tiap radio beda-beda ya.

Owkey.. high rotation, ini biasanya lagu-lagu baru atau lagu lama yang memang punya radio airplay tinggi. Bisa diputar mungkin sampai 2/3 kali sehari. Medium rotation bisa jadi termasuk lagu-lagu yang mewakili segmen radio tersebut contoh radio dengan segmen Jazz punya koleksi lagu-lagu Jazz yang diputar secara berkala. Lagu di kategori ini akan jauh lebih luas cakupannya dibandingkan dengan yang heavy rotation dan kemungkinan dirotasi kurang lebih 2 atau 3 kali seminggu. Lalu ada low rotation kalo yang ini biasanya siy termasuk lagu yang ada di library music radio tersebut tapi diputarnya syukur2 sekali sebulan. bisa-bisa lagu tersebut hanya jadi koleksi music library aja.

Dan biasanya siy dalam satu playlist seorang MD akan membagi playlist harian antara ketiga jenis rotasi tersebut. Pembagiannya bagaimana kembali lagi ke selera MD dan target pendengar radio bersangkutan.

Tapi kalo mau tahu jumlah lagu yang ada di playlist... kita pake itung-itungan bocah aja kali ya. Rata-rata durasi lagu berkisar antara 3-5 menit. Kalo 1 jam 60 menit berarti ada slot untuk kurang lebih 12 lagu. (3 * 12 kan cuman 36 menit??) jangan lupa juga dong di satu jam siaran kan ada iklan dan ada saatnya penyiar bercuap-cuap. Kalo dalam satu jam penyiarnya gak ngomong berati itu penyiar makan gaji buta bos.

Lanjut... 1 jam 12 lagu dan rata-rata radio siaran itu mulai dari jam 5 pagi – 1 malam (20 jam siaran karena ada kan yang mulai memutarkan lagu-lagu 1 jam terlebih dahulu sebelum ada penyiar atau 1 jam sesudah penyiar malam tutup siaran) berarti satu hari aja MD harus menyiapkan rundown untuk 150-200 lagu. Sepengetahuan diriku yang terbatas mengenai dunia broadcasting ini biasanya lagu-lagu tersebut baru di rombak ulang dalam kurun waktu mingguan atau bulanan. Selama kurun waktu tersebut ya paling yang ada di playlist dibolak-balik, yang hari senin dipasang pagi hari, hari selasa jadi sore hari atau mungkin baru diputar lagi hari kamis pagi.

Tiap radio juga punya style sendiri dalam memutarkan lagu. Ada yang tipe satu lagu langsung penyiar talk on-air, ada yang tipenya talk-2 lagu-iklan-lagu-talk, ada yang talk-1 lagu-iklan-1 lagu-talk. Format ini semua tergantung kebijakan dari program director.

Apa lagi ya yang biasa diperluin buat training...? masih banyak siy... tapi untuk pengenalan seorang penyiar ke stasiun radionya kayanya cukup segini aja ya... udah bingung juga cara nyeritainnya... nanti lanjut di bab berikut kali y... :)

2/03/2009

Chapter I

Sepenggal kisah hidup seorang air talent di ibukota...


How to get in to a radio

Radio, tahu dong itu tuh satu alat yang suka didenger kalo lagi di jalan, nemenin pas lagi di dalam kendaraan entah lagi di kendaraan sendiri, kendaraan temen, kendaraan gebetan dan tentunya kendaraan umum…
Gw pernah baca bahwa seorang Indy Barends pernah bingung ngedenger orang yang siaran di radio. Itu orang kaya orang gila ya… ngomong2 sendiri di dalem studio n guess what she became one of Indonesia significant air talent.

Nah, pertanyaannya pernah gak siy elo penasaran bagaimana rasanya jadi seorang yang bercuap-cuap di belakang mic menemani pendengar via udara? Kalo pernah berarti kita senasib bos. Saking penasarannya buat jadi penyiar di kota Jakarta pas lagi ada lowongan di internet ada satu radio lagi buka lowongan langsung aja siapin cv n persiapan dikirim ke radio terkait (kaya mancing ya pake terkait?)

Proses buat masuk radio gimana siy? Tesnya apa aja siy? Musti orang yang jago ngomong ya? Bahasa inggrisnya musti bagus ya? Waktu interview ditanya apa aja ya? Pertanyaan-pertanyaannya yang seperti ini kayanya wajar aja ya ditanyain ke setiap bidang pekerjaan… tapi paling sakit hati itu kalo ada pertanyaan kok lo bisa masuk siy? (siall…. kesannya meragukan banget) anyway… berikut cerita pas proses interview masuk jadi penyiar.

Owkey, setelah kirim lamaran, nunggu panggilan akhirnya dipanggil juga buat interview. Pas masuk ruang tamu langsung duduk di sofa, since it was my first job interview jadi rapi jalilah gw. Lagi nunggu masuk satu cewe, (feeling kaya kenal tiba2 muncul…) eh bener aja ternyata itu sindy ( temen sekolah dulu denger2 sekarang udah bikin buku n jadi penulis cari aja pengarang yang namnya Nurkastelia A.S) yang gw tahu punya skill bahasa n musik jauh di atas gw (mulai jiper). Gak lama muncul lagi beberapa orang diantaranya ada yang udah siaran di radio swasta lain di Jakarta, ada yang kerja di televisi swasta, guru les dari lembaga bahasa yang terdiri dari dua huruf, bahkan ada juga penyiar mayan senior yang datang dari Jogjakarta spesial buat interview. (semakin jiper…)

Berhubung banyak diantara para pelamar kerja sudah berstatus bekerja di tempat lain, sambil nunggu giliran interview kita justru lebih banyak becanda dan bagi cerita (buat orang yang masih gak ada pengalaman ini hanya menambah deras laju keringat dingin) akhirnya tes dimulai kita dipanggil satu-satu buat tes vocal.

Satu syarat buat penyiar radio adalah tes Vokal, kadang di iklan lowongan disertakan syarat harap lampirkan sample rekaman suara. Nah satu pertanyaan yang muncul adalah bentuk sample rekaman suara buat cv kaya gimana siy? Ada temen pernah cerita bahwa seseorang butuh kurang dari 7 detik buat merasa akrab dan nyaman dengan satu suara (jangan nanya sumbernya ya… anonym) untuk lamaran kerja kalo memang radio tersebut mensyaratkan sample vocal ada baiknya sertakan rekaman suara yang berisi contoh suara kita yang menjadi penyiar radio tersebut.
Pada rekaman tersebut awalnya kita sebut dong callers id radio tersebut… biar enak ambil aja contoh opening siaran dari tiap acara pada radio yang mau kita apply. Dan coba atur suara kita biar terdengar seperti penyiar radio itu. Dan isi rekaman gak usah panjang2 perkenalan diri sekedar nama aja… (kan data lengkap ada di cv) kalo ada yang nanya gimana biar terdengar kaya penyiar radio. Dengerin aja yang rajin radio itu nanti juga kebawa nuansa penyiarnya… (karena gaya bicara itu menular lhoh believe it or not it is very contagious)

Sambil menunggu giliran nampak tiap orang berusaha untuk membiasakan diri menyebut caller’s id radionya. Sampai tiba giliran gw tes vocal, masuk dalam satu ruangan produksi. (ruang produksi : ruang buat bikin produksi suara seperti jingle, chart, iklan, dll) kelar tes lanjut ke ujian tertulis. (yup masuk radio yang pake ujian tertulis…) bukan hanya psikotes tapi juga ada tes yang menguji pengetahuan musik para pelamar. Kita duduk di satu meja besar dan diputarkan satu bagian dari lagu. Lagu yang diputarkan ada kurang lebih 20, bervariasi mulai dari tahun 80’an sampai yang terbaru.

Tingkat kompetisi mulai meningkat dan tingkat grogi juga mulai meninggi ketika melihat pelamar lain yang notabene Nampak lebih menguasai musik daripada gw. Di tes itu kita diminta untuk menulis judul lagu dan penyanyinya. Owkey tes dimulai… lagu pertama.. bisa… lagu kedua… tahu judul… lupa penyanyinya… lagu ketiga… mulai bingung dan melihat ke arah pelamar lain. Lagu keempat… ada yang nyeletuk… “anjrit gw udah tua banget ya ini lagu kan masa smp…” dan yang ngomong ini adalah seorang penyiar senior(diantara para pelamar) asal Yogyakarta. Which mean I have no clues at all tentang lagu yang dimaksud. Mending lupa judulnya, perasaan baru sekarang denger lagu ini. Arggh!!! lagu – lagu berikutnya terus diputarkan, mata mulai melirik kearah kertas jawaban sebelah, mulai melirik ke temen gw sindy yang Nampak tenang-tenang saja ngerjain tesnya, mulai ngelirik pelamar laen yang lumayan bening (daripada pusing mending liat yang cantik2 bukan?)

Akhir tes tebak judul lagu tersebut, kayanya hasil yang didapat lumayan lah. Sempurna siy jauh tapi setidaknya 70-80% terjawab dengan penuh keraguan. At least I give it my best. Kelar tes kita kembali menunggu di ruang tunggu untuk melihat kelanjutan dari tes hari ini. Moment nunggu ini jadi satu moment yang mendekatkan diri gw dengan Allah. Doanya kenceng gila, komplit dengan nazar puasa. Dari interview hari ini akan diseleksi lima orang yang lanjut ke tahap selanjutnya.

Kurang lebih setengah jam menunggu akhirnya muncullah perwakilan dari radio, staf hrd dan seorang penyiar akan menyebutkan 5 orang nama yang akan lanjut ke tahap selanjutnya. Nama pertama yang disebut…. Bukan gw. tapi seorang pria yang juga berprofesi sebagai pengajar bahasa yang tadi sempat disinggung di awal cerita. Kalo lihat tampilannya siy memang mencirikan penyiar esmud banget (metroseksual abiez deh) jadi dalam pemikiran gw wajarlah kalo dia lolos, orang kedua, seorang wanita yang juga siaran di satu radio di Jakarta, yang ini juga dari pas ngobrol-ngobrol sudah menunjukkan potensi untuk bersinar diantara yang laen. Outlooknya juga cukup menjual mirip mulan (waktu zaman interview masih kwok sekarang udah jadi jameella ‘oot mode on). Orang ketiga, penyiar senior dari yogya. (gak perlu banyak koment yang jelas dia dulunya siaran di jaringan radio dimana studio radio Jakarta terletak di Gdg.ratu plaza). Orang keempat seorang wanita yang juga bekerja di salah satu televise swasta. Orang kelima… alhamdulillah nama gw disebut. Tadinya giliran denger nama gw disebut mau loncat2 terus bilang hore tapi berhubung empat orang sebelumnya tenang-tenang aja ya sudah gw ikutan act cool. Tahap satu lolos tahap selanjutnya tinggal interview salary.

Interview salary berlanjut sebulan kemudian, terjadi kesepakatan (hooray I got my first job biar kata part time tapi tetep bersyukur dunks)